Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sumber pertikaian dalam tubuh kaum muslim juga diakibatkan perbedaan penafsiran terhadap ayat rahmatan lil ‘alamin surat al-Anbiya’ ayat 107: “dan kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk rahmat bagi semesta alam”. Penelitian ini membatasi objek penelitian hanya pada empat arus besar pemikiran dalam Islam, yaitu Ahlu Sunnah, Muktazilah, Syiah, dan Wahabi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penafsiran antar aliran dalam Islam. Pertama, aliran Ahlu Sunnah lebih moderat dalam penafsiran ayat ini bahwa yang beriman kepada Allah SWT, maka dianugerahkan rahmat di dunia dan akhirat. Bagi yang tidak beriman kepada Allah SWT, maka bentuk rahmatnya adalah dengan tidak disegerakannya musibah di dunia sebagaimana umat-umat terdahulu. Kedua, aliran Muktazilah secara eksplisit adanya kerugian bagi yang tidak beriman. Penafsir Muktazilah mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW datang membawa kebahagiaan bagi yang mengikutinya dan siapa yang menyelisihi dan tidak mengikutinya, maka hal itu datang dari nafsunya yang menyempitkan bagiannya dari rahmat. Ketiga, Aliran Syiah lebih sedikit lunak dengan secara eksplisit menunjukkan keenganan bagi orang yang tidak beriman terhadap rahmat. Penafsir Syiah mengungkap bahwa Allah SWT menunjukkan kepada orang kafir untuk beriman dan memberinya tanda-tanda, namun orang kafir tidak menemukannya. Keempat, penafsir yang diikuti aliran Wahabi adalah yang cenderung secara eksplisit berwatak keras terhadap orang yang tidak beriman. Penafsir yang diikuti aliran Wahabi berpendapat bahwa rahmat bagi orang kafir yang memusuhi Islam adalah disegerakannya pembunuhan dan kematian bagi mereka, dan hal itu lebih baik bagi mereka. Karena dengan tidak beriman dan permusuhan mereka hanya akan melipatkan adzab di akhirat.
Keywords: perbedaan, penafsiran, rahmatan, alamin
Artikel selengkapnya dipublikasikan di Jurnal Studi Agama Millah…lihat di link jurnal millah.…atau download pdf di sini.